Thursday, June 14, 2007

Will you......?
Sudahkah Anda Menangis Hari Ini...?

Alkisah, ada dua orang bersahabat yang sedang berbagi cerita. Kenapa kamu menangis, tanya seorang. Hari ini saya mendapatkan banyak kesedihan, kenapa ya hidup saya penuh dengan kemalangan. pagi ini saya jatuh dari sepeda, terlambat masuk kuliah, tugas tertinggal di rumah, dan sorenya saya ditelepon bengkel dan mendapat kabar bahwa kerusakan mobil saya menghabiskan biaya cukup besar. Waduh, betapa malangnya ya kamu, bersabar ya..
Keesokan harinya, kedua sahabat kembali berbagi cerita. Wah, ko menangis lagi,ada apa, tanya seorang kembali. Hari ini saya mendapat banyak keberuntungan. Pagi hari saya ditelepon bahwa pihak asuransi mau membiayai tiga perempat dari total biaya perbaikan, ujian saya memperoleh nilai tertinggi di kelas, seorang teman berulang tahun dan mentraktir saya makan siang, dan makalah saya diajukan dosen untuk dijadikan riset bersama. nah, lalu apa yang membuatmu sedih?tanya seorang kembali. Aku tidak tahu, kenapa keberuntungan ini datang begitu beruntun. namun, tampaknya kerepotanku akan bertambah. Mobilku akan kembali, dan aku akan harus mengurus masalah bensin dll. Ujianku menjadi bahan pertanyaan rekan-rekan, mengingat separuh kelas nyaris tidak lulus mata kuliah ini padahal aku tidak belajar begitu rajin. Temanku sangat berbaik hati mentraktir, namun bahkan aku tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dan makalahku harus segera diperbaiki untuk mengejar deadline presentasi ke fakultas minggu depan. Hidupku menjadi jauh lebih kompleks.
Membingungkan, kata seorang. Tampak tidak ada kebahagiaan dalam kehidupanmu. Mau sial salah, mau beruntung lebih salah.
It's not the point. hidup kita memang tidak boleh 'bahagia'. Pernahkan kita sadar, bahwa menjadi terlalu bahagia kadang membawa kita ke dalam zona nyaman yang menjadikan kita sulit untuk berubah.
Pernahkan kita berfikir, bahwa sudah pantaskan diri kita untuk bahagia sekarang? Sementara ada berjuta kehidupan lain yang belum seberuntung itu untuk merasakan kebahagiaan.

Memangnya, kebahagiaan macam apa yang dicari? Sebatas kebahagiaan sesaat, yang memuaskan rasa saat ini. kebahagiaan komunal, yang dirasakan oleh setiap insan di dunia?Dimana jelas bahwa manusia terlahir dengan keinginannya masing-masing dan tidak mungkin terpenuhi seluruhnya.

Kapan Anda terakhir kali menangis? Setahun yang lalu? Sebulan yang lalu? Seminggu yang lalu? atau baru saja Anda selesai menyeka tetesan air mata?
Kapan pun itu, berbahagialah kita yang masih diberi kesempatan untuk bersedih, diberi kesempatan untuk bermuhasabah diri, diberi kesempatan untuk mengevaluasi sejauh mana kita sudah menjalani kehidupan selama ini. Tidak semua orang mendapat anugerah kepekaan yang sama, dimana bisa merasakan bahwa betapa manusia harus berhati-hati dalam menjalani tiap hela nafas dalam hidupnya, karena nanti memang akan dipertanyakan dalam sebuah peradilan terakhir.

Bukan berarti belum saatnya untuk bahagia. Hanya saja, sayang kalau terlena dengan kebahagiaan sementara. karena dengan menjadikan kebahagiaan ini bukan sebagai tujuan, maka kita akan senantiasa gelisah dan selalu bergerak untuk menuju kebahagiaan kekal yang sesungguhnya masih menunggu di sana.

Menangislah..dan memohon ampun..
dan kemudian kita kembali bangkit untuk berusaha, karena medan perang selalu menanti prajuritnya yang tak henti berjuang..
Katakan

Bahwa hari ini, tidak sekelam gelap awan mendung yang selalu menyembunyikan indahnya berkas mentari
Katakan, bahwa kadang hanya takut dan gusar yang tak kunjung terjawab, menjadi hantu yang bertanya-tanya
Perhatikan cara mereka berbicara. Perhatikan cara mereka mendengar. Perhatikan cara mereka mengindera lingkungan.
Aku tidak sepakat dengan adanya kewajaran untuk mengatasnamakan kesalahan. Evaluasi macam apa itu.
Bukan pertanyaan, namun kosong seakan memenuhi.
Apa yang ada. Dan apa yang seharusnya ada.
Rusak. Yah..memang sudah serusak itu.
Aku berbohong. Kamu juga. Kita semua menjadi pembohong besar yang mendustai dunia yang seharusnya bisa menjadi indah dan layak.
Katakan saja semua nilai-nilai idealis itu. Siapa yang sekarang malah mendustai.
Kenapa menyakiti, jika bisa mengobati.
Kenapa memusuhi, jika bisa menemani.
Kenapa menjauh, jika bisa tinggal dan memperbaiki.
Ini bukan masalah apa dan siapa, tapi kenapa dan bagaimana semuanya bisa membaik.
Paling tidak, ada sedikit perjuangan untuk mempertahankan kebenaran
Kamu takut. Saya juga takut. Kita adalah orang-orang yang hidup dalam ketakutan, dan karena itulah kita bisa membuat perubahan.
Katakan, bahwa tidak perlu siap untuk mengatakan bahwa kita siap. Karena tidak akan pernah sesiap itu untuk mengatakan bahwa kita siap melakukan perbaikan.
Kita sudah siap. Silahkan ambil ancang-ancang..

*memang melakukan lebih sulit dari sekedar mengatakan. tapi tidak mengapa, lebih baik declare dan kemudian termotivasi untuk mewujudkannya karena kadung (jadi kayak kontrak sosial gitu deh...)