Friday, July 13, 2007

Hmm, apa yang bisa dilakukan kalau sedang menunggu orang?

The Human Development Index (HDI) is a comparative measure of life expectancy, literacy, education, and standard of living for countries worldwide. It is a standard means of measuring well-being, especially child welfare. It is used to determine and indicate whether a country is a developed, developing, or underdeveloped country and also to measure the impact of economic policies on quality of life.[1]

2006 HDI Index menyatakan kita peringkat 108 dari 177. Tahun 2007 mau gimana?


Di suatu malam yang agak dingin, ditemani sekelompok orang yang sedang rapat koordinasi di ruangan yang sama, saya teringat untuk melakukan booking tiket sehubungan dengan keperluan berangkat konferensi muda di sebuah kota Eropa. Sambil chat bersama sang kakak, mulailah kami berdua membahas masalah kepergian ini. Yang jadi pikir ternyata bukan di situ.
Saya tidak pernah seiseng ini mencari tahu soal angka HDI atau Human Development Index negara tercinta kita ini sebelumnya. Awal cerita, saya sedang sibuk minta tolong untuk browsing harga dan availability tiket untuk sebuah tanggal di bulan Juli. Merasa penasaran dengan jumlah biaya yang sudah dikonversikan ke IDR, bertanyalah saya akan nilai tukar Euro terhadap IDR. 11500. Waah, paniklah saya, apalagi selama ini hanya menyiapkan rancangan pengumpulan dana untuk ongkos 750 euro dengan kurs terhadap IDR 8500 (=6,4 juta IDR. Salah berat..) ditambah tiket pulang pergi sekitar 4 juta. Dan setelah ditilik, ternyata biayanya bisa mencapai angka kepala 2…

Ko mahal banget yah….?
Iyalah..begini nasib jadi negara dunia ketiga..

Newly Industrialized Countries

Wow, berdasarkan hasil browsing, ternyata memang, kita masih berada di klasemen bawah peringkat negara termakmur di dunia. HDI Index kita peringkat 108 dari 177. Hmm, kalau ditilik, peer kita the terlalu banyak bahkan seharusnya kita ga bisa berlaku setenang dan senormal itu. Karena semuanya tidak berjalan tenang dan normal.
Jadi……
Mahasiswa. Haha. Tambah susah kan tugasnya?
Indonesia ini terlalu ribet untuk merumuskan jalan keluarnya.
Tapi coba deh kita bahas satu-satu. Paling tidak lewat indikator HDI ini.

Ceritanya HDI memang menggambarkan tingkat kesejahteraan manusia di sebuah negara yang dijabarkan menjadi beberapa kriteria : hidup lama dan sehat (diukur dengan harapan hidup), terdidik dan terpelajar (diukur dengan tingkat melek huruf dan partisipasi di tingkat dasar, menengah, dan tersier) serta memiliki standar hidup yang layak (diukur dengan GDP terhadap PPP).
Sekarang, gimana kondisi Indonesia?

Harapan hidup indonesia 69,0 th ; Rata-rata usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia saat ini terendah di ASEAN antara lain disebabkan karena sebagian besar penduduk tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan. Sejumlah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan, antara lain peningkatan jumlah jaringan dan kualitas fasilitas kesehatan akan dilakukan oleh pemerintah, terutama puskesmas. Penyakit tidak menular pun menjadi concern. Tingkat stroke di sini itu 59-449 per 100.000 penduduk. Cukup besar sehingga menyebabkan perlunya ada training khusus penanganan masalah syaraf ini.ckck..

‘Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada tahun yang sama angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka 69,0 tahun pada saat ini. Selain itu, dalam periode 20 tahun yang akan datang, Indonesia diperkirakan dapat menekan angka kelahiran total (Total Fertility Rate – TFR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate – IMR) serta meningkatkan proporsi penduduk usia lanjut.’ Kutipan bappenas.go.id.

mudah2an bisa terwujud. Kalau benar-benar tercapai, berarti Indonesia bisa sekelas Sri Lanka dkk. Tapi masih jauh dari Swedia yang bisa mencapai 80an.

Tingkat melek huruf usia 15 th ke atas sebesar 90,4%; dengan kata lain masih ada 9,6% yang emang belum bisa baca tulis. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Bayangkan, masih ada sejumlah 0.096*200juta = 19,2 juta penduduk yang belum mengenal huruf seumur hidupnya. Pendidikan mengakar tampaknya bisa menjadi solusi. Sampai sekarang, kok belum 20% juga yah dari APBN, ditambah lagi kasus pendidikan ini bukan soal memperbesar APBN saja , tapi bagaimana bisa menyediakan pendidikan yang murah dan bisa diakses oleh semua. RUU BHP apa kabar?

Combined primary, secondary and tertiary gross enrolment ratio 68,4% ; a.k.a angka partisipasi penduduk usia sekolah yang terdaftar mendapat pengajaran di bangku pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Angka ini bisa jadi lebih dari 100%, yang berarti adanya partisipasi oleh usia yang lebih muda, atau lebih tua, untuk usia tingkat pendidikan tersebut. Kita masih harus berlari untuk bisa memenuhi pendidikan bagi mereka si usia sekolah yang belum mengenyam pendidikan selayaknya. Soal lebih dari 100%, berarti dengan adanya anak-anak aksel bisa jadi angka partisipasinya meningkat..hehe..

GDP per kapita nya 3609 USD. Ayo, masih banyak SDA yang belum terjamah. Satu hal yang jadi pertanyaan, apa iya semua data dan transaksi di Negara ini sudah terdokumentasikan dengan baik. Kalau dilihat dengan perdagangan gelap dkk, mungkin angka aslinya tidak segitu. Ada yang punya data sebenarnya?

'Sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan I tahun 2007 atas dasar harga berlaku adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp 250,7 triliun, kemudian sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar Rp 135,0 triliun, diikuti sektor pertanian sebesar Rp 126,2 triliun, Sementara sektor pertambangan-penggalian sebesar Rp 98,5 triliun, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp 95,8 triliun, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebesar Rp 74,0 triliun, sektor konstruksi Rp sebesar 67,4 triliun dan sektor pengangkutan-komunikasi sebesar Rp 60.3 triliun, serta sektor listrik-gas-air bersih sebesar Rp 8,0 triliun. Dalam perhitungan atas dasar harga konstan 2000, kesembilan sektor itu memberi nilai tambah bruto berturut-turut sektor industri pengolahan sebesar Rp 131,2 triliun, sektor perdagangan-hotel-restoran Rp 80,7 triliun, sektor pertanian Rp 66,4 triliun, sektor jasa-jasa Rp 44,5 triliun. Sedangkan sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebesar Rp 44,4 triliun, sektor pertambangan-penggalian Rp 43,0 triliun, sektor pengangkutan-komunikasi Rp 32,3 triliun, sektor konstruksi Rp 29,3 triliun dan sektor listrik-gas-air bersih Rp 3,2 triliun.'diambil dari portal Depkominfo: PDB INDONESIA TRIWULAN I 2007 MENCAPAI Rp915,9 TRILIUN

Lama-lama puyeng juga..tadinya mo cerita lebih banyak, tapi tampak harus membaca lebih banyak lagi untuk benar-benar memahami si Nusantara ni. kapan-kapan dilanjutin lagi lah…

Meski demikian, gw masih percaya bahwa perbaikan bisa dilakukan dan ga harus lama. Negara kita masih bisa lho menjadi kaya. Negara kita masih bisa menjadi cerdas. Negara kita masih bisa menjadi kuat. Tapi yang penting adalah Negara kita harus bisa menjadi rumah yang mengembangkan dan mengayomi manusia didalamnya, sehingga potensinya bisa pol-polan.

Ada yang mau gabung untuk benerin rame-rame? Apapun yang terjadi di 2007, itu kerjaan kita bareng tampaknya. dan 5 tahun lagi. dan 10 tahun lagi. dan 30 tahun lagi. dan lagi.
Ngomong-ngomong, akhirnya gw ga jadi berangkat. berbekal misi yang ingin disampaikan dan didiskusikan soal meningkatkan 'negara'nya negara. Hmm, banyak jalan menuju Roma. Dan beneran harus cari jalan lain dulu untuk sekarang.

_140707

post yang cukup panjang untuk diselesaikan, tapi cuma berujung penjabaran. Harus dilanjutin edisi 2. Mari, kita tuntaskan!!